Headlines News :
Home » , , , , , » Dari Trah Raja, Tokoh Kalangan Militer, hingga Mantan Ketua Dewan

Dari Trah Raja, Tokoh Kalangan Militer, hingga Mantan Ketua Dewan

Dari Trah Raja, Tokoh Kalangan Militer, hingga Mantan Ketua Dewan
MANGUPURA - Kabupaten Badung termasuk salah satu daerah di Bali yang mengalami pergantian pemimpin paling sering sejak era pra kemerdekaan hingga reformasi. Setidaknya, ada 11 penguasa yang pernah memimpin Gumi Keris, yang berasal dari berbagai kalangan, mulai trah raja, tokoh militer, hingga politisi yang mantan Ketua DPRD Badung.

Sebelas (11) pemimpin Badung tersebut tidak termasuk Wayan Subawa (birokrat asal Denpasar yang mengisi kekosongan beberaoa bulan di tahun 2005 sebelum Pilkada 2005) dan Nyoman Harry Yudha Saka (birokrat Pemprov Bali yang jadi Penjabat Bupati Badung selama 7 bulan untuk isi kekosongan terkait Pilkada 2015 serentak). Figur terakhir yang terpilih jadi Bupati Badung 2016-2021 adalah I Nyoman Giri Prasta, politisi PDIP asal Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Giri Prasta yang terpilih melalui Pilkada Badung 2015 baru saja dilantik menjadi Bupati, 17 Februari 2016 lalu.

Dalam catatan, dua penguasa pertama Gumi Keris sejak 1928 hingga terbentuknya Daerah Tingkat II Badung tahun 1958 adalah raja dari Puri Pemecutan, Denpasar. Pertama, Tjokorda Alit Ngurah, raja dari Puri Pemecutan yang memimpin Badung selama 19 tahun sejak 1928 hingga 1947. Kedua, Tjokorda Ngurah Gede Pemetjutan, tokoh Puri Pemecutan yang berkuasa memimpin Badung selama 12 tahun periode 1947-1959.

Menurut sejarawan dari Unud, Dr I Putu Gede Suwitha SU, kepemimpinan penguasa pertama Badung yakni Tjokorda Alit Ngurah, memang belum menonjol dari aspek pembangunan fisik. Namun, karakter kepemimpinannya sangat menonjol dalam hal semangat perjuangan, karena keberaniannya melawan penjajah Belanda hingga Jepang. “Tjokorda Alit Ngurah adalah pemimpin muda yang berani berjuang melawan penjajah Belanda. Istilahnya, nindihin gumi (membela tanah air), itu kelihatan sekali pada pribadi beliau,” beber Suwitha, belum lama ini.

Setelah lengsernya Tjok Alit Ngurah tahun 1947, tampuk kepemimpinan di Badung dipegang Tjokorda Ngurah Gede Pemetjutan, yang juga raja dari Puri Pemecutan. Tjok Ngurah Gede Pemetjuan berkuasa selama 12 tahun sejak 1947 hingga 1959. Kepemimpiannnya tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, Tjok Alit Ngurah. Tidak ada pembangunban fisik yang menonjol, karena pemerintahan masih transisi pasca kemerdekaan.

Pada 1959, naiklah I Gusti Ngurah Anom Patjung sebagai Bupati Badung pertama pasca terbentuknya Daerah Tingkat II Badung. Tokoh dari Puri Carangsari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung ini menjabat sebagai Bupati Badung periode 1959-1964. Bupati IGN Anom Patjung ini masih keluarga dari Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dan sesepuh Partai Golkar, I Gusti Ngurah Alit Yudha.

Menurut Suwitha, gaya kepemimpinan tradisional masih kental diperagakan IGN Anom Patjung, yang menjadi Bupati Badung pertama. “Ada plus minusnya, karena tidak seperti sekarang dengan adanya demokrasi langsung. Namun, gaya kepemimpinannya bagus,” ujar Suwitha, sejarawan Unud asal Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Kepemimpinan IGN Anom Patjung kemudian dilanjutkan AA Gede Agung, yang hanya setahun menjabat Bupati Badung periode 1964-1965. Kemudian, muncul I Wayan Dhana sebagai Bupati Badung 1965-1975. Wayan Dhana adalah tokoh asal Denpasar, yang juga dikenal sebagai salah satu sesepuh Golkar.

Menurut Suwitha, kepemimpinan Bupati Wayan Dhana terbilang sukses. Dialah yang memulai digalakkannya pembangunan Gumi Keris Badung, hingga bisa berkembang sebagai daerah terkaya di Bali seperti sekarang. “Meski memimpin pasca revolusi (peristiwa G 30 S/PKI), mulai kelihatan pembangunan. Orangnya sangat jujur, saya kenal beliau,” ujar Suwitha yang kesehariannya dosen pengajar di Fakultas Sastra Unud.

Setelah berlalunya era kepemimpinan Wayan Dhana, Badung secara bergantian dipimpin tiga tokoh kalangan militer. Mereka masing-masing I Dewa Gde Oka (Brigjen TNI Purn asal Bangli yang menjadi Bupati Badung 1975-1985), Pande Made Latra (perwira TNI asal Gianyar yang menjadi Bupati Badung 1985-1990), dan I Gusti Bagus Alit Putra (Brigjen TNI Purn asal Tabanan yang menjadi Bupati Badung 1990-1999).

Dewa Gde Oka dan Pande Made Latra kemudian sama-sama menjadi kader Golkar. Dewa Gde Oka bahkan sempat menjabat Ketua DPD I Golkar Bali, setelah lebih dulu menjadi Wakil Gubernur Bali di era Prof Dr IB Oka. Sedangkan IGB Alit Putra kemudian menjadi kader Demokrat, bahkan sempai menjabat Ketua DPD Demokrat Bali, setelah lebih dulu memangku jabatan Wakil Gubernur Bali. Saat ini, IGB Alit Putra manjadi Wakil Ketua DPRD Bali 2014-2019.

Menurut Suwitha, di era kepemimpinan trio Dewa Gde Oka, Pande Made Latra, dan IGB Alit Putra, masih belaku Dwi Fungsi ABRI. Dewa Gde Oka dan Pande Made Latra dikenal sangat tegas dalam memimpin, karena sosok militer.

Di era kepemimpinan IGB Alit Putra sebagai Bupati Badung 1990-1999, kata Suwitha, pembangunan di Gumi Keris sangat menonjol. Meski dari kalangan militer, Alit Putra berhasil membawa Badung ke arah kestabilan. Gejolak politik pun nyaris tak ada saat itu. Alit Putra yang adik kandung mantan Ketua DPRD Bali Brigjen TNI Purn I Gusti wayan Sudhiksa merupakan Bupati Badung terakhir di era Orde Baru.

Begitu Alit Putra lengser dan kemudian terpilih menjadi Wakil Gubernur Bali mendampingi Gubernur Dewa Made Beratha, muncul politisi PDIP asal Puri Satria Denpasar, AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat, sebagai Bupati Badung 1999-2005. Menurut Suwithe, di era kepemimpinan Cok Rat, pembangunan tidak terlalu menonjol. Tapi, di era Cok Rat inilah dimulai pembebasan lahan untuk komplek Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung yang sekarang di kawasan Desa Sempidi, Kecamatan Mengwi.

Cok Rat menjabat satu periode, hingga kemudian dilakukan pemilihan secara langsung buat kali pertama melalui Pilkada Badung 2005. Cok Rat sendiri selanjutnya terpilih menjadi Ketrua DPD PDIP Bali dan sekaligus Ketua DPRD Bali 2009-2014, lalu sekarang menjadi anggota DPD RI 2014-2019 Dapil Bali. Sebelum digelarnya Pilkada Badung 2005, sempat muncul Wayan Subawa mengisi kekosongan beberapa bulan sebagai Penjabat Bupati Badung.

Subawa merupakan birokrat murni, dengan jabatan terakhir Sekda Kabupaten Badung (berhenti tahun 2010 karena maju sebagai Calon Walikota Denpasar ke Pilkada 2010). Menurut Suwitha, di era Subawa ini dimulai penataan-penataan pembangunan Puspem Badung, yang pembebasan lahannya digeber Cok Rat.

Kemudian, muncul AA Gde Agung terpilih menjadi Bupati Badung dua periode (2005-2010 dan 2010-2015). Pada periode pertama, tokoh Puri Ageng Mengwi ini diusung Golkar bersama koalisinya hingga menenangkan Pilkada Badung 2010. Pada periode kedua pun, AA Gde Agung terpilih lagi memenangkan Pilkada Badung 2010 saat diusung Demokrat-Golkar bersama koalisinya.

Dalam catatan Suwitha, di era kepemimpinan Bupati Gde Agung inilah gebrakan pembangunan Badung sangat pesat. Bupati Gde Agung yang membangun Puspem Badung seluas 46 hektare. Di eranya pula, jalan-jalan, trotoar, dan drainase di Badung dibangun secara cantik. Tak heran bila berbagai penghargaan berhasil diraih Badung. Di zaman kepemimpinan Bupati Gde Agung pula, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Badung tembus angka Rp 3,5 triliun. PAD Badung naik drastis dari semula hanya Rp 300 miliar saat Bupati Gde Agung pertama berkuasa tahun 2005.

Kini, setelah berlalunya era Gde Agung, politisi PDIP Nyoman Giri Prasta tampil sebagai Bupati Badung 2016-2021, yang terpilih melalui Pilkada 2015. Bupati Giri Prasta bermodalkan pengalaman menjadi Ketua DPRD Badung selama dua periode (2009-2014, 2014-2015). Demikian pula pasangannya di posisi Wakil Bupati, Ketut Suiasa, politisi Golkar yang bermodalkan pengamanan sebagai Wakil Ketua DPRD Badung dua periode (2009-2014, 2014-2015).

Sejarawan Gede Putu Suwitha berharap Bupati Giri Prasta bisa melanjutkan pembangunan dan meningkatkan kemacuan yang telah dicapai pendahulunya di era Gde Agung. “Masyarakat tentu mengharapkan Bupati-Wakil Bupati Badung yang baru ini bisa meneruskan kepemimpinan pendahulunya. Apalagi, keduanya punya pengalaman memimpin lembaga legislatif. Saya yakin mereka bisa mengimbangi jejak kepemimpinan Gde Agung,” jelas Suwitha.










sumber : NusaBali
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Badung - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen