Headlines News :
Home » , , » Dilarang Keras Lepas Celana Dalam, Joged Bumbung Tetap Bergoyang

Dilarang Keras Lepas Celana Dalam, Joged Bumbung Tetap Bergoyang

Jogeg Bumbung Klasik Munduk dari Sanggar Tri Pitaka saat manggung di pentas Pesta Kesenian Bali ke 36
DENPASAR- Sanggar Gita Semara fokus melestarikan seni tradisional joged bumbung.

Setiap Pemerintah Kota Denpasar menggelar Denpasar Festival (Denfes), sekaa in selalu terlibat.

Bahkan, sekaa ini juga penah mewakili Kota Denpasar dalam parade Joged di PKB 2013.

Kelian Sanggar Gita Semara, I Made Yoga Saputra mengatakan pada awalnya, sekaa jogged ini merupakan milik banjar, yang semua anggotanya berasal dari warga banjar.

Seiring waktu berlalu, anggotanya pun sudah berumur dan tidak ada generasi penerus.

Hal ini membuat sekaa sempat vakum.

Tahun 1985, I Ketut Adnyana menghidupkan kembali sekaa joged tersebut dengan mengajak seniman rindik dan penari joged dari luar banjar.

Akhirnya, sampai saat ini sekaa tersebut masih bertahan.

Mereka sudah dikenal di seluruh Bali.

Termasuk di Jembrana yang merupakan rumah tarian Joged Bumbung.

Saputra mengakui tidak bisa terlepas dari tarian yang sering diidentikkan dengan gerakan vulgar ini.

Sebab hal ini merupakan permintaan utama para pengupah.

Langkah yang dilakukannya adalah mementaskan tarian vulgar, namun tidak terlepas dari pakem.

"Pada dasarnya, joged merupakan tarian pergaulan yang tidak bisa terlepas dari goyangan. Karena itu, goyangan tetap diisi, sebab ini juga merupakan pakemnya. Tapi, yang sangat dilarang adalah membuka celana dalam, atau gerakan-gerakan erotis, seperti berciuman dan lainnya," ujarnya, Rabu (14/01/2015).

Kocek yang harus dikeluarkan bagi yang ingin mengupah kesenian jogged Sanggar Gita Semara mulai dari Rp 1,7 juta hingga Rp 3,7 juta. Nominal ini, kata Saputra, tergantung jarak rumah pengupah dan jumlah personil yang akan pentas.

Saat ini, anggota sanggar joged ini berjumlah 26 orang, tidak termasuk penari.

Untuk mempertahankan eksistensinya, anggota sanggar tidak hanya pentas.

Namun, bila ada anggotanya memiliki gawe, anggota sanggar akan membantu.

Baik dalam hal menyiapkan sarana upakara juga memberikan sedikit dana untuk keberlangsungan gawe tersebut.

"Ya, supaya tidak hanya mencari uang saja. Menyamabraya juga harus dijalankan," tandasnya.










sumber : tribun
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Badung - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen