Selasa, 22 Mei 2012 12:09
DENPASAR - Diakuinya subak sistem pengairan tradisional di Bali oleh Unesco sebagai warisan dunia 
diyakini akan berdampak positif bagi citra Bali sebagai destinasi pariwisata. Kunjungan wisatawan mancangera diprediksi akan meningkat.
diyakini akan berdampak positif bagi citra Bali sebagai destinasi pariwisata. Kunjungan wisatawan mancangera diprediksi akan meningkat.Hal ini diungkapkan guru besar bidang pertanian Universitas Udayana Bali, Wayan Windia "Dengan diakuinya subak oleh Unesco citra Bali akan semakin terangkat di dunia. Ini akan menambah jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Bali," ujar Windia, Senin (22/5).
Namun hal yang membuat Windia khawatir adalah keterpurukan petani di Bali akibat pendapatan yang diraih tidak sebanding dengan jerih payahnya. Hal ini bisa membuat petani tidak tahan lagi menekuni profesinya. "Beban pajak petani (lahan pertanian)diirasakan berat menyebabkan petani makin kelimpungan," ujar Windia.
Hal ini didukung fakta bahwa rata-rata penyusutan lahan pertanian mencapai 1.000 hektare per tahun dalam lima tahun belakangan ini. Dampak dari alih fungsi itu,kata Windia, juga telah berdampak pada berkurangnya
debit air subak yang pada gilirannya semakin mempersulit petani dalam melakukan aktivitasnya.
debit air subak yang pada gilirannya semakin mempersulit petani dalam melakukan aktivitasnya.
"Banyak jatah air yang seharusnya untuk subak diambilalih oleh kepentingan PDAM ataupun hotel," ujar Windia.
Lebih jauh Windia mengingatkan pemerintah terutama di kabupaten/kota di Bali agar mulai memikirkan solusi dari permasalahan beban-beban yang dihadapi petani. Salah satunya adalah memperingan atau bahkan membebaskan pajak bumi lahan pertanian.
"Kalau ingin mempertahankan subak buatlah petani senang bertani dengan cara meringankan beban pajaknya," saran Windia.
sumber : MICOM
