Headlines News :
Home » , , » ‘Uang Panas’ untuk Rekomendasi Reklamasi

‘Uang Panas’ untuk Rekomendasi Reklamasi

Demi meloloskan rekomendasi, sejumlah bendesa adat yang masuk wilayah Teluk Benoa disebut-sebut ditawari sejumlah uang. Besarannya mencapai Rp 50 juta. Kabar yang beredar, jika bersedia memberikan rekomendasi atas permohonan yang diajukan, rupiah yang tidak sedikit itu akan diberikan secara cuma-cuma. Di sisi yang lain, kalangan nelayan pun resah dengan rencana reklamasi tersebut.
MANGUPURA - Pendekatan pihak investor untuk memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa kabarnya makin gencar. Demi meloloskan rekomendasi, sejumlah bendesa adat yang masuk wilayah Teluk Benoa disebut-sebut ditawari sejumlah uang. Besarannya mencapai Rp 50 juta. Kabar yang beredar, jika bersedia memberikan rekomendasi atas permohonan yang diajukan, rupiah yang tidak sedikit itu akan diberikan secara cuma-cuma. Di sisi yang lain, kalangan nelayan pun resah dengan rencana reklamasi tersebut.

Sejumlah bendesa yang dimintai konfirmasi perihal kabar tersebut, tegas membantahnya. Bendesa Adat Kelan I Made Sugita, menegaskan, sampai saat ini dirinya belum bersikap atas rencana reklamasi. Malah, surat rekomendasi yang disodorkan belum pernah ditandatangani. “Saya tidak ada menandatangani (permohonan rekomendasi, Red) dan tidak menerima apapun,” bantah Sugita, Kamis (4/7). Bantahan serupa juga diungkapkan Bendesa Adat Bualu I Made Retha. Kendati mengaku menerima surat permohonan dari pihak investor, namun sampai saat ini dirinya belum menandatangani surat tersebut, apalagi memberikan restu atas rencana reklamasi Teluk Benoa. Dia juga membantah adanya iming-iming dari pihak investor. Pada bagian lain, rencana reklamasi tersebut makin meresahkan masyarakat nelayan. Nelayan yang setiap hari menggantungkan hidupnya dari melaut, kini dihadapkan dengan persoalan pelik.

Sebab, jika rencana reklamasi benar-benar terwujud, praktis para nelayan akan terpinggirkan. Apalagi kabarnya, rencana reklamasi yang nilai investasinya mendekati angka Rp 30 triliun ini akan dibuat sirkuit F1, rumah sakit, dan sejumlah akomodasi wisata lainnya. Ketua Kelompok Nelayan Tanjung Sari Kelan Nyoman Nuada, mengatakan, sangat tidak setuju dengan reklamasi Teluk Benoa. Reklamasi seperti itu akan mengganggu kegiatan nelayan. Pasalnya areal reklamasi adalah areal tangkapan nelayan selama ini. Kalau direklamasi otomatis daerah tangkapan akan habis. Sehingga matilah mata pencaharian nelayan. “Yang jelas masyarakat terutama kelompok nelayan sangat resah karena sebagian besar mata pencaharian hanya melaut termasuk budidaya kepiting, ikan, lobster, di sekitar mangrove,” ujarnya.

Menurut Nuada, area tangkapan nelayan mulai dari area timur Bandara Ngurah Rai sampai kawasan Teluk Benoa. Sialnya, berdasarkan kabar pula rencana reklamasi akan memakan habis areal tangkapan nelayan tersebut. Karena disebut-sebut luasannya mencapai 400 hektare. Dikonfirmasi terpisah, Ketua Kelompok Nelayan Wanasari, Tuban, Made Sumasa, mengaku, reklamasi Teluk Benoa akan semakin mematikan mata pencaharian para nelayan. Pihaknya menegaskan, pembangunan jalan tol saja sudah membuat warganya kebingungan mencari sumber mata pencaharian, bagaimana nanti jika reklamasi itu benar-benar terjadi. “Sekarang saja, sejak ada jalan tol sudah mengambil space (lahan) nelayan. Apalagi kalau reklamasi, di mana lagi kami mencari ikan,” ujarnya. Pihaknya meminta pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Apa keuntungan dan kerugian yang akan diterima jika reklamasi benar-benar dilakukan. “Tapi kalau lebih banyak merugikan nelayan, kami akan tolak ramai-ramai,” tegasnya. 


dreamingpost.com____________
sumber : NusaBali
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Badung - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen