Senin, 21 Maret 2011
Sebuah mobil berisi bahan peledak diisukan masuk Bali. Tidak jelas, lewat pintu mana mobil berisi’bom’ itu masuk Bali. Namun informasinya, teroris yang bawa bahan peledak itu diduga masuk Bali dengan mengendarai mobil Avanza warna silver. Jajaran Polda Bali pun masih melacak keberadaan mobil berbahaya tersebut.
“Bali sudah mulai dimasuki jaringan teror bom,” terang sumber kepolisian, Minggu (20/03). Sumber tersebut menyatakan, mobil Avanza warna silver berisi bahan peledak itu dikemudikan oleh Edi Junianto, yang disebutkan tinggal di Kelurahan Denyangan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.
Ditambahkannya, pelaku bernama Edi Junianto membawa dua koper yang diduga berisi bahan peledak. Edi Junianto ini diduga jaringan teroris yang belum tertangkap. “Edi ini termasuk buronan Densus 88/Antiteror Polri,” beber sumber yang enggan disebut namanya itu.
Kapolda Bali Irjen Hadiatmoko, lanjut dia, sudah langsung memerintahkan para Kapolres se-Bali untuk segera melakukan tindakan cepat guna mendeteksi keberadaan mobil berisi bahan peledak tersebut. aparat kepolisian tengah mengintensifkan penjagaan di sejumlah pintu masuk ke Bali, khususnya Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana) dan Pelabuhan Padangbai (Karangasem).
Pengawasan juga dilakukan di sejumlah terminal di Bali. “Pengawasan di Terminal Ubung (Denpasar) juga diperketat. Barang bawaan dan orang-orang yang dicurigai akan diawasi ketat,” tegasnya.
Hanya saja, Kabid Humas Polda Bali, Kombes I Gde Sugianyar, mengaku belum mengetahui informasi masuknya mobil berbahaya yang membawa bahan peledak tersebut. “Saya belum dapat informasi itu,” terang Sugianyar, Minggu kemarin. Teror bom yang dikirim melalui paketan sebelumnya merebak di Jakarta, sejak Selasa (15/3) lalu. Rangkaian teror bom ini meluas hingga ke Bali. Sabtu (19/3), misalnya, sebuah bungkusan yang digembok di tiang listrik menggegerkan warga di Gianyar. Bungkusan kaping berbentuk kotak berukuran sekitar 40 cm x 40 cm x 25 cm ditemukan dalam posisi tergembok di besi bekas tiang rambu lalulintas di Jalan Manik No 1A Gianyar.
Tim Gegana Polda Bali pun turun ke lokasi. Hanya saja, Tim Gegana belum bisa memastikan apakah bungkusan itu benar-benar bom atau hanya bungkusan pengecoh keamanan wilayah. Sebelumnya, isu teror serupa juga sempat muncul di Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar, dan RS Trijata Denpasar. Sementara, jajaran Polres Tabanan mengimbau pihak jasa pengiriman barang untuk mewaspadai isi paket yang akan dikirimkan. “Pastikan nama dan alamat pengirim sesuai dengan kartu identitas diri seperti KTP. Mintai juga nomor teleponnya. Bila paket barang dirasa mencurigakan, bongkar saja!” imbau Pahumas Polres Tabanan, Kompol Wayan Sukerta seizin Kapolres AKBP AA Made Sudana, Minggu kemarin.
Jasa pengiriman paket juga diimbau untuk mengenali sosok si pengirim barang. Caranya, dengan mengabadikan wajah pengirim itu pakai kamera ponsel. “Sekarang handphone sudah dilengkapi kamera. Bila dirasa mencurigakan, potret saja orangnya,” sara Sukerta.
Sukerta juga menyarankan, karyawan atau pengelola jasa pengiriman barang untuk mencatat identitas diri pengirim sesuai dengan KTP, serta meminta nomor telepon. Sedangkan kepada penerima paket, diimbau senantiasa waspada terhadap kiriman paket mencurigakan. “Jika ada kiriman paket yang mencurigakan, tolong laporkan kepada kami, jangan langsung dibuka,” katanya.
Tanda-tanda yang perlu diwaspadi, kata Sukerta, apabila pengirim paketnya tidak dikenal seperti paket kiriman yang terjadi di Jakarta. Selain itu, bungkusan paket juga terkesan tidak wajar, atau mencurigakan. “Jika sudah ada tanda-tanda seperti itu maka kami minta masyarakat sebaiknya cepat melapor ke polisi. Jangan langsung dibuka. Berbahaya,” ingatnya.
Di sisi lain, kalangan pelaku pariwisata di Bali, khususnya Badung, mulai resah dengan maraknya teror bom paketan. Kendati belum ada bom yang dikirim ke Bali, namun kondisi ini dikhawatirkan akan berimbas cukup signifikan terhadap kunjungan wisatwan asing ke Pulau Dewata.
Ketua BPC PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya, menyatakan khawatir negara asal wisatawan papan atas di Bali, terutama Australia, akan menggeluarkan travel advisory dan travel warning menyusul isu teror bom ini. “Kita vukup prihatin dengan kondisi ini. Belum selesai masalah bencana gempa dan tsunami di Jepang, di negara sendiri sekarang ada teror bom. Ini sangat berdampak tentunya, meskipun sekarang belum ada negara yang menggeluarkan travel advisory maupun travel warning,” keluh Rai Suryawijaya kepada NusaBali secara terpisah, Minggu kemarin.
Rai Suryawijaya berharap pemerintah maupun aparat keamanan lebih sigap mengatasi permasalahan ini. Diharapkan, kasus ini sesegera mungkin bisa dituntaskan dan pelakunya ditangkap.
Hal senada dikatakan Ketua Komisi B DPRD Badung, I Putu Parwata. Menurut Parwata, sejauh ini citra destinasi pariwisata Bali tetap terjada, meski merebak isu teror bom. Nah, agar citra ini tetap terjaga terus, dia mengimbau masyarakat Bali wajib menjaga keamanan.
Selain itu, juga diperlukan kerjasama yang baik dengan seluruh stakeholder pariwisata, kerjasama dengan kepolisian, dan TNI. Dari hasil penelitian akademis, kata Parwata, keamanan sangat utama mempengaruhi citra destinasi wisata. Pasca Bom Bali I 2002 dan Bom Bali II 2005, isu keamanan sudah terangkat. “Oleh karena itu, patutlah dijaga semua pihak dan terus dijalankan, bukan hanya saat-saat ada isu bom. Keamanan wajib terus dikelola dengan koperatif dan konstruktif, karena isu ini tidak bisa dilepaskan dari kepariwisataan,” ujar Parwata. Sementara, Wakil Bupati Badung Ketut Sudikerta juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai segala bentuk teror. Menurut Sudikerta, aksi terorisme tidak saja dilakukan dengan bentuk ledakan bom secara konvensional, namun sudah dikemas dalam bentuk buku dan model aksi-aksi lainnya yang mengganggu stabilitas keamanan.
Karena itu, Sudikerta meminta masyarakat senantiasa waspada dengan meningkatkan keamanan wilayah. Dia juga mengingatkan masyarakat Bali terus meningkatkan rasa manyamabraya agar mampu menciptakan kenyamanan wilayah. “Ingat, teror itu tidak saja dalam bentuk bom, namun bisa juga beriupa aksi pencurian pratima. Untuk itu, penjagaan di pura-pura juga harus tetap dilaksanakan,” jelas Ketua DPD I Golkar Bali ini saat upacara Nebes Petapakan Ratu Mas Bagus di Pura Puseh Gunung Agung, Desa Adat Sobangan, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu kemarin.
Sementara itu, Ketua Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Harry Azhar, menyatakan aksi teror bom paketan yang merebak saat ini bertujuan untuk menciptakan ketakutan kolektif. Tujuan itu mudah dicapai lantaran aparat keamanan tidak maksimal menjalankan tugasnya. ”Siapa pun pelakunya, pasti ingin menciptakan ketakutan, kita terus melawan rasa takut itu,“ kata Harry dikutip detikcom di Jakarta, Minggu kemarin. Menurut dia, ketakutan yang dirasakan masyarakat merupakan dampak dari kurangnya perlindungan pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan. Bila aparat keamanan bertindak, seharusnya aksi teror demikian dapat diantisipasi jauh-jauh hari. Presiden SBY pun diminta segera mengambil tindakan konkret dalam rangka mengembalikan rasa aman bagi masyarakat. "Pemerintah harus mengembalikan hak rasa aman kepada rakyat. Maka, Presiden harus menggunakan semua potensi kekuatan negara untuk menghentikan teror bom yang melanda berbagai kota belakangan ini," pinta anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, secara terpisah di Jakarta kemarin.
Politisi Golkar ini meminta Presiden SBY mengerahkan intelijen untuk melacak motif teror bom buku yang meresahkan masyarakat. SBY pun diminta menggerakkan kepolisian untuk mencegah menyebaran teror serupa.
"Kalau Presiden saja tidak bisa memberi indikasi apa pun tentang motif teror itu, berarti informasi dari intelijen kepada Presiden amat minim. Kalau teror itu meluas ke berbagai kota, bisa disimpulkan bahwa Polri keteteran dalam upaya menghentikan teror," tegas Bambang.
Kalau teror bom sekarang tak segera dihentikan, menurut Bambang, konsekuensi logis yang akan dihadapi Presiden cukup beragam. Antara lain, rakyat akan menilai pemerintahan SBY gagal menjaga dan mengendalikan ketertiban umum, tak mampu memberi rasa aman kepada rakyat, dan gagal menjaga stabilitas nasional. "Citra negara pun akan rusak di mata internasional. Dan, paling berbahaya jika rakyat tak bisa lagi mentoleransi lemahnya kepemimpinan nasional saat ini dan menilai apa yang terjadi adalah upaya pengalihan isu dari serangan opini negatif Wikileaks yang dikutip media asing," tandas Bambang.
“Bali sudah mulai dimasuki jaringan teror bom,” terang sumber kepolisian, Minggu (20/03). Sumber tersebut menyatakan, mobil Avanza warna silver berisi bahan peledak itu dikemudikan oleh Edi Junianto, yang disebutkan tinggal di Kelurahan Denyangan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.
Ditambahkannya, pelaku bernama Edi Junianto membawa dua koper yang diduga berisi bahan peledak. Edi Junianto ini diduga jaringan teroris yang belum tertangkap. “Edi ini termasuk buronan Densus 88/Antiteror Polri,” beber sumber yang enggan disebut namanya itu.
Kapolda Bali Irjen Hadiatmoko, lanjut dia, sudah langsung memerintahkan para Kapolres se-Bali untuk segera melakukan tindakan cepat guna mendeteksi keberadaan mobil berisi bahan peledak tersebut. aparat kepolisian tengah mengintensifkan penjagaan di sejumlah pintu masuk ke Bali, khususnya Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana) dan Pelabuhan Padangbai (Karangasem).
Pengawasan juga dilakukan di sejumlah terminal di Bali. “Pengawasan di Terminal Ubung (Denpasar) juga diperketat. Barang bawaan dan orang-orang yang dicurigai akan diawasi ketat,” tegasnya.
Hanya saja, Kabid Humas Polda Bali, Kombes I Gde Sugianyar, mengaku belum mengetahui informasi masuknya mobil berbahaya yang membawa bahan peledak tersebut. “Saya belum dapat informasi itu,” terang Sugianyar, Minggu kemarin. Teror bom yang dikirim melalui paketan sebelumnya merebak di Jakarta, sejak Selasa (15/3) lalu. Rangkaian teror bom ini meluas hingga ke Bali. Sabtu (19/3), misalnya, sebuah bungkusan yang digembok di tiang listrik menggegerkan warga di Gianyar. Bungkusan kaping berbentuk kotak berukuran sekitar 40 cm x 40 cm x 25 cm ditemukan dalam posisi tergembok di besi bekas tiang rambu lalulintas di Jalan Manik No 1A Gianyar.
Tim Gegana Polda Bali pun turun ke lokasi. Hanya saja, Tim Gegana belum bisa memastikan apakah bungkusan itu benar-benar bom atau hanya bungkusan pengecoh keamanan wilayah. Sebelumnya, isu teror serupa juga sempat muncul di Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar, dan RS Trijata Denpasar. Sementara, jajaran Polres Tabanan mengimbau pihak jasa pengiriman barang untuk mewaspadai isi paket yang akan dikirimkan. “Pastikan nama dan alamat pengirim sesuai dengan kartu identitas diri seperti KTP. Mintai juga nomor teleponnya. Bila paket barang dirasa mencurigakan, bongkar saja!” imbau Pahumas Polres Tabanan, Kompol Wayan Sukerta seizin Kapolres AKBP AA Made Sudana, Minggu kemarin.
Jasa pengiriman paket juga diimbau untuk mengenali sosok si pengirim barang. Caranya, dengan mengabadikan wajah pengirim itu pakai kamera ponsel. “Sekarang handphone sudah dilengkapi kamera. Bila dirasa mencurigakan, potret saja orangnya,” sara Sukerta.
Sukerta juga menyarankan, karyawan atau pengelola jasa pengiriman barang untuk mencatat identitas diri pengirim sesuai dengan KTP, serta meminta nomor telepon. Sedangkan kepada penerima paket, diimbau senantiasa waspada terhadap kiriman paket mencurigakan. “Jika ada kiriman paket yang mencurigakan, tolong laporkan kepada kami, jangan langsung dibuka,” katanya.
Tanda-tanda yang perlu diwaspadi, kata Sukerta, apabila pengirim paketnya tidak dikenal seperti paket kiriman yang terjadi di Jakarta. Selain itu, bungkusan paket juga terkesan tidak wajar, atau mencurigakan. “Jika sudah ada tanda-tanda seperti itu maka kami minta masyarakat sebaiknya cepat melapor ke polisi. Jangan langsung dibuka. Berbahaya,” ingatnya.
Di sisi lain, kalangan pelaku pariwisata di Bali, khususnya Badung, mulai resah dengan maraknya teror bom paketan. Kendati belum ada bom yang dikirim ke Bali, namun kondisi ini dikhawatirkan akan berimbas cukup signifikan terhadap kunjungan wisatwan asing ke Pulau Dewata.
Ketua BPC PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya, menyatakan khawatir negara asal wisatawan papan atas di Bali, terutama Australia, akan menggeluarkan travel advisory dan travel warning menyusul isu teror bom ini. “Kita vukup prihatin dengan kondisi ini. Belum selesai masalah bencana gempa dan tsunami di Jepang, di negara sendiri sekarang ada teror bom. Ini sangat berdampak tentunya, meskipun sekarang belum ada negara yang menggeluarkan travel advisory maupun travel warning,” keluh Rai Suryawijaya kepada NusaBali secara terpisah, Minggu kemarin.
Rai Suryawijaya berharap pemerintah maupun aparat keamanan lebih sigap mengatasi permasalahan ini. Diharapkan, kasus ini sesegera mungkin bisa dituntaskan dan pelakunya ditangkap.
Hal senada dikatakan Ketua Komisi B DPRD Badung, I Putu Parwata. Menurut Parwata, sejauh ini citra destinasi pariwisata Bali tetap terjada, meski merebak isu teror bom. Nah, agar citra ini tetap terjaga terus, dia mengimbau masyarakat Bali wajib menjaga keamanan.
Selain itu, juga diperlukan kerjasama yang baik dengan seluruh stakeholder pariwisata, kerjasama dengan kepolisian, dan TNI. Dari hasil penelitian akademis, kata Parwata, keamanan sangat utama mempengaruhi citra destinasi wisata. Pasca Bom Bali I 2002 dan Bom Bali II 2005, isu keamanan sudah terangkat. “Oleh karena itu, patutlah dijaga semua pihak dan terus dijalankan, bukan hanya saat-saat ada isu bom. Keamanan wajib terus dikelola dengan koperatif dan konstruktif, karena isu ini tidak bisa dilepaskan dari kepariwisataan,” ujar Parwata. Sementara, Wakil Bupati Badung Ketut Sudikerta juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai segala bentuk teror. Menurut Sudikerta, aksi terorisme tidak saja dilakukan dengan bentuk ledakan bom secara konvensional, namun sudah dikemas dalam bentuk buku dan model aksi-aksi lainnya yang mengganggu stabilitas keamanan.
Karena itu, Sudikerta meminta masyarakat senantiasa waspada dengan meningkatkan keamanan wilayah. Dia juga mengingatkan masyarakat Bali terus meningkatkan rasa manyamabraya agar mampu menciptakan kenyamanan wilayah. “Ingat, teror itu tidak saja dalam bentuk bom, namun bisa juga beriupa aksi pencurian pratima. Untuk itu, penjagaan di pura-pura juga harus tetap dilaksanakan,” jelas Ketua DPD I Golkar Bali ini saat upacara Nebes Petapakan Ratu Mas Bagus di Pura Puseh Gunung Agung, Desa Adat Sobangan, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu kemarin.
Sementara itu, Ketua Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Harry Azhar, menyatakan aksi teror bom paketan yang merebak saat ini bertujuan untuk menciptakan ketakutan kolektif. Tujuan itu mudah dicapai lantaran aparat keamanan tidak maksimal menjalankan tugasnya. ”Siapa pun pelakunya, pasti ingin menciptakan ketakutan, kita terus melawan rasa takut itu,“ kata Harry dikutip detikcom di Jakarta, Minggu kemarin. Menurut dia, ketakutan yang dirasakan masyarakat merupakan dampak dari kurangnya perlindungan pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan. Bila aparat keamanan bertindak, seharusnya aksi teror demikian dapat diantisipasi jauh-jauh hari. Presiden SBY pun diminta segera mengambil tindakan konkret dalam rangka mengembalikan rasa aman bagi masyarakat. "Pemerintah harus mengembalikan hak rasa aman kepada rakyat. Maka, Presiden harus menggunakan semua potensi kekuatan negara untuk menghentikan teror bom yang melanda berbagai kota belakangan ini," pinta anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, secara terpisah di Jakarta kemarin.
Politisi Golkar ini meminta Presiden SBY mengerahkan intelijen untuk melacak motif teror bom buku yang meresahkan masyarakat. SBY pun diminta menggerakkan kepolisian untuk mencegah menyebaran teror serupa.
"Kalau Presiden saja tidak bisa memberi indikasi apa pun tentang motif teror itu, berarti informasi dari intelijen kepada Presiden amat minim. Kalau teror itu meluas ke berbagai kota, bisa disimpulkan bahwa Polri keteteran dalam upaya menghentikan teror," tegas Bambang.
Kalau teror bom sekarang tak segera dihentikan, menurut Bambang, konsekuensi logis yang akan dihadapi Presiden cukup beragam. Antara lain, rakyat akan menilai pemerintahan SBY gagal menjaga dan mengendalikan ketertiban umum, tak mampu memberi rasa aman kepada rakyat, dan gagal menjaga stabilitas nasional. "Citra negara pun akan rusak di mata internasional. Dan, paling berbahaya jika rakyat tak bisa lagi mentoleransi lemahnya kepemimpinan nasional saat ini dan menilai apa yang terjadi adalah upaya pengalihan isu dari serangan opini negatif Wikileaks yang dikutip media asing," tandas Bambang.
sumber : NusaBali, BeritaBali