Headlines News :
Home » , , , , , » Dhamantra Kecam Pernyataan Gubernur Bali

Dhamantra Kecam Pernyataan Gubernur Bali

Anggota Komisi VI DPR RI, Nyoman Dhamantra, dan Gubernur Bali, di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) Lapangan Renon, Denpasar, Bali, Minggu (27/3/2016).
Dhamantra Datangi Podium Bali Bicara, Serukan Tolak Reklamasi

DENPASAR - Anggota Komisi VI DPR RI, Nyoman Dhamantra, mendatangi ‎Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Renon, Denpasar, Bali, Minggu (27/3/2016).

Dalam hal ini, Dhamantra menyerukan tantangan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika soal massa Tolak Reklamasi.

Banyak yang diulas oleh Dhamantra mengenai aksi penolakan Reklamasi.

Terutama bagaimana dampak diadakannya proyek Reklamasi Teluk Benoa seluas 700 Hektare tersebut.

Satu dampak yang terlihat di antaranya adanya transmigrasi.

Transmigrasi sudah terus menerus terjadi di Bali.

Peminggiran masyarakat Bali itu dipandang Dhamantra sebagai bentuk kebijakan investasi yang tidak memihak rakyat. Karena itu, kebijakan investasi lain seperti reklamasi, disinyalir kuat akan meminggirkan masyarakat.

“Hingga saat ini, belum nampak sekali kebijakan dari investor kepada masyarakat yang memihak rakyat,” ujarnya.

Warga Pro dan Kontra Reklamasi Teluk Benoa Debat Satu Panggung di Renon

DENPASAR - Debat antara masyarakat pro dan kontra terkait rencana reklamasi Teluk Benoa tidak terelakkan di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Renon, Denpasar, Bali, Minggu (27/3/2016).

Satu di antaranya Ranten, warga Tanjung Benoa.

Ia menyatakan pengembangan kawasan Teluk Benoa harus direvitalisasi untuk mengembangkan wisata dan PAD Bali.

“Pernah gak pada saat air surut ke sana? Itu jelas tidak bagus. Bau. Apa yang ditemui sampah, pembuangan limbah. Makanya Teluk Benoa harus direvitalisasi,” jelasnya dalam PB3AS.

Ia menyerukan bahwa dirinya adalah warga asli Tanjung Benoa, dan bisa dilihat bahwa hanya beberapa orang saja yang menolak rencana tersebut.

“Itu bisa dicek hanya seberapa yang menolak. Saya sengaja meninggalkan pekerjaan saya. Ini Teluk Benoa harus direvitalisasi,” tegasnya.

Tidak tinggal diam.

Mangku Wayan Suteja langsung menuju ke atas podium setelah mendapatkan giliran setelah Ranten.

Ia menjelaskan jika memang sayang tanaman, maka hutan mangrove harus dipelihara, bukannya dipotong.

Ia juga mengajak siapapun yang pro dan kontra supaya turun membersihkan sampah-sampah di Teluk Benoa.

“Kalau kita sayang tanaman, kita pelihara, bukannya direklamasi. Saya dengan teman-teman menanam mangrove. Itulah bukti nyata kami menjaga kawasan Teluk Benoa,” ujarnya.

Ia menambahkan jika Bali dikenal dunia sejak tahun 1920-an.

Bali dikenal karena keunikan dan nilai spiritual, yang tidak bisa dibeli dengan pembangunan, serta akomodasi lainnya.

“Dari tahun 1920, Bali dikenal dengan keunikannya, orangnya, budayanya, dan nilai spiritualnya. Jadi yang kita butuhkan adalah menjaga itu agar tetap ajeg bagi Bali sendiri,” tegasnya.

Pernyataan Gubernur Bali Mendapat Kecaman Dari Dhamantra

DENPASAR - ‎Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) mengulik sejumlah persoalan pagi tadi, Minggu (27/3/2016).

Dari sejumlah persoalan di Bali, topik yang paling menarik dibahas ialah menyangkut transmigrasi, program Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.

Itu menyusul seruan Anggota DPR RI Komisi VI, Nyoman Dhamantra.

Mangku Pastika, menyebutkan dirinya lahir dari seorang anak Transmigran.

Dari hal itu, dirinya menjadi orang yang tangguh dan berdaya saing.

Termasuk prestasinya dalam lingkungan Polri hingga menjabat sebagai Gubernur.

"Transmigrasi saya canangkan supaya masyarakat Bali lebih tangguh. Contohlah saya ini. Yang bisa berdaya saing," ucap Mangku, dalam sesi terakhir pertemuan warga dan pemerintah di Lapangan Renon.

"Kalau masyarakat Bali lahir, hidup dan besar di Bali, maka yang terjadi mereka akan lembek. Itulah kenapa saya canangkan program itu (Transmigrasi)," imbuhnya.

Pernyataan Mangku Pastika ini menuai kecaman keras dari Nyoman Dhamantra.

Itu tak lain karena anggapan transmigrasi adalah persoalan kelembekan, merupakan salah besar.

Sebab yang ditransmigrasikan adalah mereka yang terpinggirkan dan miskin di Bali.

Itu adalah persoalan yang mesti dipikirkan pemerintah.

Menurutnya, bukan membuat satu persoalan baru dengan melakukan program transmigrasi.

"Ya jelas saja transmigrasi itu ada untuk masyarakat miskin. Tapi, kan Negara harus hadir untuk masyarakat miskin itu. Bukan malahan meminggirkan orang Bali dari tanah kelahirannya," tegasnya.

Dhamantra menyebut, jika persoalan transmigrasi itu tidak bisa dipandang dari persoalan ekonomi semata.

Alasannya, Bali merupakan pulau dengan devisa cukup tinggi di Indonesia.

Namun kenyataannya, masih saja ada masyarakat yang terpinggirkan karena investasi besar masuk ke Bali.

"Dengan investasi yang begitu besar, kenapa masyarakat di Bali masih miskin dan harus mencari nafkah ke luar Bali?. Harusnya Pemerintah menggodok ini dan memberi solusi (bukan transmigrasi)," ungkapnya.

Daya saing itu juga harus diciptakan pemerintah untuk mengeluarkan masyarakat dari Bali.

"Apalagi jika Reklamasi itu terjadi, masyarakat Bali akan terpinggirkan. Sebab, belum ada bukti investasi hingga saat ini pro terhadap rakyat. Karena besarnya investasi di Bali, besar pula transmigrasi di Bali," tukasnya.







sumber : tribun
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Badung - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen