DENPASAR - Tiga jenis komoditas hasil perkebunan dari Bali mampu menembus pasar ekspor dengan menghasilkan devisa sebesar US$898.359,72 selama periode Januari-November 2011.
"Kondisi tersebut mengalami peningkatan 1,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$887.631," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Minggu (15/1).
Menurut dia, ketiga mata dagangan yang menembus pasar luar negeri itu meliputi kakao, kopi, dan vanili.
Pengapalan mata dagangan kakao hanya 110 kilogram seharga US$193 dalam periode tersebut menurun 72,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$693,50 atas pengiriman 60 kilogram barang.
Ketut Teneng menambahkan bahwa hasil perkebunan lainnya yang mampu menembus pasar luar negeri adalah
kopi sebanyak 30,06 ton seharga US$212.123,12 selama periode Januari-November 2011.
kopi sebanyak 30,06 ton seharga US$212.123,12 selama periode Januari-November 2011.
Untuk perolehan nilai dan volume masing-masing meningkat 67,57% dan 156,98% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang
mengapalkan 11,69 ton senilai US$126.584 dolar AS.
Mata dagangan vanili berkurang 10,25 persen dari 45,44 ton pada sebelas bulan periode Januari-November 2010 menjadi hanya 40,78 ton pada periode yang sama tahun 2011.
Demikian pula untuk perolehan nilai berkurang 9,77% dari US$760.353 pada sebelas bulan 2010 menjadi hanya US$680.043 pada
periode yang sama 2011.
Ketut Teneng menjelaskan bahwa kontribusi hasil perkebunan terhadap perolehan ekspor Bali secara keseluruhan masih relatif kecil, hanya 0,19% dari total ekspor Bali sebesar US$462,16 juta.
Mata dagangan kopi yang diproduksi secara ramah lingkungan kini mendapat perhatian besar dari konsumen mancanegara, sehingga pengapalan jenis matadagangan itu mempunyai peluang meningkat di masa-masa mendatang.
Kopi dalam bentuk biji beras maupun setelah diolah berhasil menembus pasaran luar negeri terutama Jepang, Prancis dan beberapa negara di kawasan Eropa.
Bali setiap tahunnya mampu menghasilkan kopi sebanyak 13.800 ton. Pemerintah melalui Dinas Perkebunan setempat memprogramkan pengembangan tanaman kopi seluas 1.020 hektare dalam tahun 2011, dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan APBD Bali.
Pengembangan tanaman perkebunan bernilai ekonomis tinggi itu menjangkau lima kabupaten dari delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini.
Pengembangan tanaman kopi tersebut memprioritaskan daerah resapan dengan harapan mampu memberikan fungsi ganda, selain nilai ekonomis juga berfungsi hidrologis, mengatur tata air dalam tanah serta mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor.
Tanaman kopi yang berfungsi sebagai penguatan daerah resapan hingga kini mencapai 2.124 hektare dari tanaman kopi seluruhnya 30.029 hektare terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.
Pengembangan tanaman kopi untuk penguatan daerah resapan juga dipadukan dengan tanaman kayu yang cepat besar untuk kepentingan bahan bangunan, sekaligus berfungsi hidrologis.
Sumber : MICOM