Senin, 10 Oktober 2011, 04:49
DENPASAR - Adanya indikasi dua warga asal Tembuku, Bangli yang terjangkit wabah flu burung, membuat Denpasar mulai waspada. Kali ini, untuk mencegah menularnya virus H5N1 ini masuk, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Denpasar, memperketat pengawasan lalu lintas masuknya ternak ke Denpasar.
Plt Kadis Nakanlut Kota Denpasar I Gede Ambara Putra, mengatakan, sejumlah antisipasi sudah mulai dilakukan, salah satunya adalah dengan penyemprotan di pasar-pasar tradisional. “Selain itu kita juga melakukan pengawasan keluar masuknya unggas, seperti di pintu masuk Denpasar,” katanya,
Minggu (9/10).
Minggu (9/10).
Optimalisasi pengawasan itu, kata dia, dilakukan secara rutin demi mencegah menjalarnya flu mematikan tersebut. “Kita selalu rutin, bukan karena adanya indikasi kasus flu burung,” tambahnya.
Selain itu, pengawasan juga dilakukan, salahsatunya adalah karena perubahan musim. “Apalagi saat ini musim juga belum menentu antara hujan dan musim kemarau,” imbuhnya. Perubahan yang tidak menentu ini biasanya dibarengi dengan timbulnya berbagai penyakit, salah satunya adalah flu. Apalagi kata dia, unggas juga bisa terkena penyakit tersebut. “Perubahan musim ini yang selalu kami antisipasi, kita berharap dugaan adanya kasus flu burung di daerah lain tidak terjadi di Denpasar,” urainya. Sebagai langkah pencegahan, pihaknya berharap kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan khususnya bagi mereka yang memelihara ternak. “Peran masyarakat sangat kami harapkan. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri mengantisipasi flu burung, ini jadi harus secara bersama-sama dan tentunya berkelanjutan,” ungkapnya.
Selain itu, Dinas Peternakan sendiri mengaku siap turun ke lapangan jika masyarakat mencurigai adanya indikasi penyakit tersebut. Bentuk antisipasi lain adalah penyemperotan di sejumlah pasar tradisional serta pengawasan jalur masuk ternak ke Denpasar. Sementara itu, dari dua hasil pemeriksaan Laboratorium RS Sanglah dan Laboratorium Univerisitas Udayana dipastikan dua bocah kakak beradik, WA, 10, dan adiknya KRA, 5, asal Bangli yang kini masih dirawat di RS Sanglah, positif terinfeksi flu burung. “Dua hasil lab positif terinfeksi flu burung, namun begitu sampai saat ini kami masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium pusat Jakarta,” ujar Direktur Medik dan Keperawatan RS Sanglah, dr AAN Jaya Kusuma SpOG (K) saat dihubungi via telpon, Minggu (9/10) siang.
Ia mengingatkan kepada masyarakat luas agar hati-hati terhadap virus flu burung yang sewaktu-waktu bisa merambah ke tubuh manusia. “Perlu diadakan sosialisasi serta penanganan lingkungan yang bebas dan bersih dari unggas-unggas yang terindikasi membahayakan,” ujarnya.
Kata dia, ketika ada ayam mati secara mendadak di sekitar lingkungan agar segara melaporkan kepada petugas. “Masyarakat harus waspada dan tanggap terhadap virus flu burung. Sebab Bali dua tahun terakhir yang sebelumnya dinyatakan bebas flu burung kembali ada tanda bermunculan. Dari hasil pemeriksaan dua bocah kakak beradik, hasilnya positif terkena flu burung,” tegasnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, Ir I Putu Sumantra MApp Sc mengatakan, begitu mendapat informasi ada dua pasien asal Bangli dirawat di RS Sanglah yang dicurigai terkena flu burung, pihaknya langsung terjun datang lokasi untuk melakukan penyemprotan. Dia membenarkan informasi dari tetangga maupun pihak keluarga bahwa ada ayam mati secara mendadak di wilayah itu. Namun kasus kematian ayam secara mendadak tidak dilaporkan kepada petugas.
Dikatakan, ayam yang mati mendadak tersebut, dari Dinas Peternakan Provinsi Bali langsung melakukan pemeriksaan rapit tes (tes pemeriksaan yang hasilnya diketahui dengan cepat). Namun hasil yang ditunjukkan dari ayam yang mati secara mendadak tersebut, hasilnya negatif dari Flu Burung. Begitu juga ayam yang masih hidup di rumah pasien kakak beradik tersebut juga langsung dilakukan pemeriksaan. “Lagi-lagi hasilnya negatif,” terang Sumantra. Namun begitu, kata dia pihaknya tetap mencurigai ada terindikasi flu burung. Mengingat tetangga sebelah pasien juga secara seketika ayam miliknya mati mendadak. Hingga pihaknya langsung melakukan penelusuran lebih lanjut, ke Balai Besar Peteriner di Pegok Denpasar Selatan sebagai tempat pemeriksaan hewan-hewan unggas yang dicurigai flu burung. “Namun kepastian hasilnya masih menunggu,” terang Sumantra. Pihaknya saat ini hanya bisa menghimbau kepada masyarakat Bali, ketika ada ayam mati secara mendadak agar segera melaporkan kepada petugas setempat. Begitu juga agar untuk sementara menghentikan jual beli ayam dari luar Bali. Misalnya dari daerah Jawa dan lainnya. Sementara kalau terpaksa membeli hayam dari luar misalnya di pasar untuk keperluan upacara adat jangan sesekali ayam yang baru dibeli dilepas begitu saja. “Berikan tempat khusus,” imbuh Sumantra. Begitu juga harus dilakukan penyemprotan terhadap ayam-ayam peliharaan. “Seandainya memotong ayam, seluruh bulu dan bagian-bagian tubuh yang tidak bisa dimakan atau digunakan segera mungkin dibakar”.
sumber : NusaBali