Headlines News :
Home » » Korban Tenggelam Ditemukan Tewas Mengapung

Korban Tenggelam Ditemukan Tewas Mengapung

Rabu, 27 Februari 2013, 09:59

Jenazah juga mengenakan dua buah cincin emas, sebuah jam tangan dan ditemukan beberapa lembar uang di saku celananya. Untuk sementara jenazah masih dititipkan di kamar jenazah RS Sanglah karena pihak keluarga masih berembug. “Mayatnya masih dititip dulu di sini, karena keluarga masih berembug. Istrinya sih maunya diselesaikan di Sanur, tapi karena punya kampung di Nusa Lembongan jadi harus disepakati dulu,” terang Ida Bagus Kompyang Sindhu, orang yang tanahnya dipakai oleh korban membuka usaha warung Kesuma Sanur dan merupakan teman baik korban saat ditemui di kamar jenazah RS Sangla
DENPASAR - I Ketut Temon, 43, warga Jalan Kutat Lestari Gang Umacarik no 2, Sanur yang tenggelam saat memancing bersama rekannya I Made Ade, 55, Sabtu (23/2) di Pantai Sumawang, Sanur akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas mengambang di perairan, Selasa (26/2) sekitar pukul 08.00 wita oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD_ Kota Denpasar. Korban berhasil dievakuasi pukul 09.00 wita tepat di depan Hotel Bali Hyatt Sanur.

Temon yang merupakan pemilik warung makan Kesuma Sanur di sekitar Pantai Mertasari Sanur, ditemukan dalam keadaan tewas dan jenazahnya langsung dibawa ke Forensik RS Sanglah untuk dilakukan pemeriksaan. Kepala Instalasi Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi mengatakan jenazah diterima di Forensik pukul 09.15 wita yang dibawa oleh BPBD Kota Denpasar. “Jenazah diterima pukul 09.15 wita dibawa oleh BPBD Kota Denpasar.

Jenazah tersebut berjenis kelamin laki-laki dalam kondisi sudah membusuk yang diperkirakan tenggelam selama 3-4 hari. Kalau dikatakan tenggelamnya hari Sabtu ya sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan,” jelasnya. Setiap orang yang tenggelam di laut biasanya 3 sampai 4 hari pasti mayatnya ditemukan mengambang. “Kenapa bisa muncul, karena gas-gas pembusukan yang membawa mayat itu ke permukaan.
Jadi kalau orang tenggelam tunggu selama 3 hari pasti ketemu dan ketemunya tidak jauh-jauh. Hal tersebut karena kemungkinan korban tersangkut di bawah dan tenggelam. Lain dengan korban yang selamat, dia mengapung dan terbawa arus sehingga ditemukan jauh dari tempat kejadian,” terang Dudut. Seperti yang dialami I Made Ade yang terombang-ambing hingga 10 jam di tengah laut. Kebetulan hari Minggu (24/2) pukul 07.45 wita I Made Ade dilihat oleh seorang nelayan yang hendak melaut, I Wayan Sudirga, di perairan sebelah timur Hotel Nusa Dua. Oleh Sudirga, Made Ade dibawa ke Pantai Mertasari menggunakan perahu sebelum akhirnya dilarikan ke RS Sanglah untuk mendapat perawatan.

Lanjut Dudut, Temon yang mengenakan baju kaos berkerah motif garis kuning dan biru serta mengenakan celana panjang parasut motif loreng tersebut secara umum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan terhadapnya serta tidak ada luka-luka. “Kalau orang tenggelam pasti tengkurap karena kepala dan kaki lebih berat. Jika lebih dari satu hari, maka jaringan lunak di wajahnya hilang karena dimakan binatang air. Jaringan lunak itu seperti mata, hidung dan bibir. Jaringan lunak di wajah jenazah tersebut sudah hilang, semisal kelopak matanya karena lama di dalam air dan telah dimakan binatang air. Selain itu tidak ada tanda-tanda kekerasan terhadapnya," ujarnya.

Jenazah juga mengenakan dua buah cincin emas, sebuah jam tangan dan ditemukan beberapa lembar uang di saku celananya. Untuk sementara jenazah masih dititipkan di kamar jenazah RS Sanglah karena pihak keluarga masih berembug. “Mayatnya masih dititip dulu di sini, karena keluarga masih berembug. Istrinya sih maunya diselesaikan di Sanur, tapi karena punya kampung di Nusa Lembongan jadi harus disepakati dulu,” terang Ida Bagus Kompyang Sindhu, orang yang tanahnya dipakai oleh korban membuka usaha warung Kesuma Sanur dan merupakan teman baik korban saat ditemui di kamar jenazah RS Sanglah.

Temon meninggalkan seorang istri yang bernama Ni Wayan Wiranti, 3 orang anak masing-masing bernama I Wayan Gede Yogi Antara Putra,13, I Made Bagus Heri Sugiantara, 6, dan I Komang Adi Sudiatmika yang baru berusia 2 tahun 8 bulan. Menurut Wiranti saat ditemui di rumah duka, anak pertama maupun kedua sudah bisa menerima kepergian ayahnya. “Kalau Komang masih belum tau dia karena masih kecil. Sering dia nanya mana Bapak, kami di rumah sepakat menjawab kalau Bapaknya sedang memancing di laut. Kasian dia, tidak tau apa-apa,” ucap Wiranti dengan mata berkaca. Lanjut Wiranti, suaminya yang merupakan wakil ketua Kelompok Nelayan Pice Segara ini sudah terbiasa mancing, bahkan cuaca ekstrim sekalipun dia tetap memancing. “Suami saya memang sering memancing, hampir setiap hari dan sudah terbiasa dengan gelombang air laut. Mungkin karena sudah suratan nasib,” jelasnya. 

Dre@ming Post______
sumber : NusaBali
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Badung - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen